Ekbis

Ekosistem Digital Kalimantan Sudah Mapan

Talk show digital, technology and education cenference di ajang Telkom Borneo Innovation Festival di kantor Regional IV Kalimantan, Senin (11/11/2019) (foto:kotaku.co.id/run)

KOTAKU, BALIKAPAN-Telkom Borneo Innovation Festival (Born In Fest) 11-12 November yang diselenggarakan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) Regional VI Kalimantan diawali dengan kegiatan talk show Kalimantan: Sudah Digital Kah?.

“Bisa dilihat jaringan telekomunikasi siapa yang terbesar di Indonesia, yang mana yang sampai ke daerah terdepan, tertinggal dan terluar. Itu adalah Telkom dan Kalimantan juga sudah dijangkau jaringan fiber optic,” seru AVP Culture Telkom Yuddy Aryadi membuka diskusi.

Dia menerangkan, jaringan yang membentang di seluruh wilayah dipersiapkan untuk menyongsong masa depan Indonesia termasuk Kalimantan. “Di Kalimantan ada 17 ribu BTS (Base Transceiver Station, Red) dan telah mencakup lebih dari 90 persen kawasan pulau,” imbuhnya disambut sorak tepuk tangan peserta. Jumlah itu diyakini mampu untuk mengakomodir dan mengantarkan masyarakat bertransformasi ke arah digital.

Namun dia mengingatkan, digitalisasi, bagai dua sisi mata uang. Menjadi ancaman jika memaksa melawan arus. Sebaliknya, mendatangkan keuntungan tat kala piawai memanfaatkannya.

“Ada sebuah penelitian yang menyebutkan, perusahaan yang melakukan digitalisasi pemasukannya jauh lebih tinggi dibanding yang tidak meresponnya,” ungkapnya serius.

Telkom misalnya lanjut dia memberi bocoran, dari sebelumnya menggunakan banyak tenaga kerja kini meminimilasi jumlah dan mengarahkan ke bidang yang lebih produktif berkat transformasinya ke dunia digital.

“Dulu tiap kantor Telkom punya petugas hanya untuk mengawasi absensi, bayarnya berapa, dengan digitalisasi petugas diberi pekerjaan yang lebih produktif sehingga cost yang dikeluarkan lebih sedikit namun di sisi lain pendapatan bertambah karena menjadi produktif. Sesimpel itu,” urainya tenang.

Lanjut dia memberi pandangan, sejatinya digitalisasi merupakan gerbang menggapai pundi rupiah dengan cara baru karena mengedepankan kemudahan komunikasi, transaksi hingga melakukan pekerjaan.

“Telkom melakukan dua hal dalam mendigitalisasi perusahaan. Melalui perbaikan proses bisnis dan menghasilkan produk baru berbasis digital. Dan saya yakin, masyarakat di Kalimantan bisa melakukan itu (menemukan manfaat digitalisasi),” serunya kemudian.

Dalam kesempatan yang sama Manager Digital Innovation Lounge (Dilo) Balikpapan Istia Setia Budi mengungkapkan, mulanya tak mudah mendorong ketertarikan milenial terhadap digital. “Waktu sosialisasi ke sekolah dan kampus, para pengajarnya masih antipati,” tuturnya memutar ingatan. Dilo merupakan pusat inkubator yang menyediakan fasilitas co-working space yang dapat menjadi wadah berkumpulnya komunitas, start up dan perusahaan untuk berkolaborasi membangun industri kreatif digital.

Namun seketika situasi berbalik. Tepatnya saat industri andalan Kaltim yakni batu bara jeblok dan membuat perekonomian daerah lesu darah sekira tahun 2015. Cakrawala kaum muda untuk melirik dunia informasi dan teknologi (IT) seketika terbuka lebar. Termasuk pola pikir. “Bahkan anak homeschooling ambisinya besar untuk belajar,” paparnya. Kerja kerasnya memacu kecintaan terhadap digital berbuah hasil. Berupa panen gelar juara nasional berbagai ajang bergengsi secara berturut-turut yakni tahun 2016 dan 2017.

“Alhamdulillah semua sudah bergerak. Karena kalau tidak, hanya jadi penonton,” ulasnya semangat. Ia pun menargetkan mulai tahun 2020, Dilo mampu mencetak 20 start up setiap tahunnya. “Tapi konsisten kebanyakan start up sudah jadi tapi di tengah jalan meninggal alias wafat karena tidak siap berkompetisi. Kami mohon dukungan seluruh pihak termasuk kampus-kampus karena dibutuhkan start up yang bisa eksis,” tuturnya.

Kaitannya dengan digitalisasi dari sudut pandang pemerintahan, perwakilan Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Kota Balikpapan Adamin Siregar mengatakan wajib hukumnya bagi pemerintah memberikan layanan kepada masyarakat berbasis elektronik. “Tapi faktanya masih banyak yang manual. Salah satu contoh faktual penerimaan CPNS, yakni mempersyaratkan pengiriman fisik ini menjadi hambatan,” jabarnya.

Padahal ekosistem dalam rangka mendukung digitalisasi di Kota Balikpapan cukup mapan menyusul diterapkannya konsep smart city bersama kota-kota lainnya. Namun dia menegaskan terkait layanan masyarakat berbasis digital, tahun depan ditargetkan terlaksana di semua lini. Hanya saja, tantangan baru menghadang. Yakni terbatasnya jumlah SDM yang mumpuni. “Ini jadi kelemahan tapi kami sudah bekerja sama dengan seluruh pihak untuk mewujudkan hal itu. Seperti bekerja sama dengan akademisi dan lainnya.

Tak hanya layanan kepada masyarakat, pemerintah juga merencanakan sistem pembayaran non tunai di seluruh kanal. “Layanan kependudukan, perizinan dan lainnya (sistem) pembayarannya masih fisik menggunakan uang tunai. Salah satu target kami tahun depan semuanya menggunakan non tunai,” pungkasnya.

Adapun diskusi diikuti mahasiswa dari perguruan tinggi di Kota Balikpapan, sejumlah BUMN, komunitas dan lainnya. (run)

To Top