Ekbis

Agustus 2024 Balikpapan Deflasi Lebih Dalam Dibanding Juli, Dipicu Ikan Layang dan Tiket Pesawat

harga tiket pesawat sumbang deflasi Balikpapan periode Agustus 2024 (foto: kotaku.co.id/ist)

KOTAKU, BALIKPAPAN-Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Balikpapan mengumumkan sepanjang Agustus 2024 terjadi deflasi sebesar 0,20 persen.

Tingkat deflasi tersebut lebih dalam dibandingkan deflasi Juli 2024 yang hanya 0,09 persen.

Deflasi Agustus 2024 membentuk tingkat inflasi tahunan Kota Balikpapan menjadi 2,26 persen.

Komoditas penyumbang deflasi tertinggi yakni ikan layang, kangkung, bawang merah, daging ayam ras, dan angkutan udara.

Penurunan harga ikan layang sejalan dengan peningkatan hasil tangkapan nelayan seiring preferensi konsumsi masyarakat yang stabil terhadap ikan layang.

Selanjutnya, penurunan harga bawang merah terjadi seiring dengan masuknya masa panen oleh beberapa daerah sentra produksi di Pulau Jawa.

Pasokan yang meningkat juga terjadi untuk komoditas kangkung. Adapun penurunan tarif angkutan udara disebabkan oleh normalisasi tarif tiket pesawat setelah sebelumnya mengalami kenaikan yang cukup signifikan periode liburan sekolah serta kembali normalnya permintaan tiket pasca rangkaian kegiatan HUT RI di IKN.

Di sisi lain, beberapa komoditas mengalami inflasi karena naiknya harga sehingga menahan deflasi lebih lanjut.

Komoditas yang dimaksud antara lain cabai rawit, bensin, popok bayi sekali pakai, dan tarif kendaraan travel.

Kenaikan harga cabai rawit disebabkan oleh menurunnya pasokan dari wilayah produsen terutama Pulau Jawa.

Selanjutnya kenaikan harga bensin disebabkan oleh penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi oleh PT Pertamina secara nasional sejak awal Agustus 2024.

Kenaikan harga popok sekali pakai untuk bayi disinyalir adanya kenaikan harga dari pemasok. Adapun kenaikan tarif kendaraan travel disebabkan oleh permintaan yang tinggi periode HUT RI di IKN.

Senada dengan Kota Balikpapan, IHK Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) periode Agustus 2024 juga tercatat deflasi.

Hanya saja gradasinya lebih tinggi dibanding Kota Balikpapan. Deflasi PPU periode Agustus sebesar 0,52 persen.

Namun demikian, tingkat deflasi PPU tersebut mengalami penurunan dari Juli yang menyentuh 1,08 persen.

Deflasi tersebut merupakan kali ketiga dialami PPU sejak Juni. Sementara secara tahunan, tingkat inflasi PPU mencapai 1,37 persen.

Penyumbang terbesar deflasi PPU bersumber dari Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau dengan andil sebesar -0,57 persen.

Berdasarkan komoditas, penyumbang deflasi tertinggi meliputi tomat, ikan layang, daging ayam ras, bawang merah, dan semangka.

Efek penurunan harga dikarenakan pasokan yang melimpah seiring masuknya musim panen.

Selanjutnya, penurunan harga daging ayam ras terjadi karena pasokan meningkat akibat mulai normalnya distribusi dan permintaan yang relatif menurun dibanding bulan sebelumnya.

Di sisi lain, deflasi di Kota Balikpapan maupun PPU hasil sinergi yang dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan dan PPU dalam mendorong berbagai bauran kebijakan termasuk sinergi dengan berbagai instansi salah satunya Bank Indonesia.

Terkait deflasi yang terjadi kali kedua berturut-turut di Kota Balikpapan dan kali ketiga di PPU, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Robi Ariadi dalam siaran pers yang disampaikan, Rabu (4/9/2024) memastikan aktivitas ekonomi.

“Merujuk survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Balikpapan Agustus 2024, level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini mengalami peningkatan dibandingkan Juli 2024.

Peningkatan tersebut didorong oleh penguatan optimisme konsumen terhadap penghasilan saat ini dan ketersediaan lapangan kerja,” jelasnya.

Namun demikian, lanjut dia menerangkan, inflasi daerah perlu terus diwaspadai seiring peningkatan curah hujan yang berpotensi menyebabkan banjir sehingga mendisrupsi ketersediaan pasokan pangan.

“Selain itu, kenaikan harga avtur tingkat nasional juga menjadi salah satu determinan dinamika tarif angkutan udara yang akan memengaruhi inflasi sektor transportasi,” pungkasnya. (*)

To Top