
KOTAKU, BALIKPAPAN-Klasemen perolehan medali untuk Cabang Olahraga (Cabor) Catur dalaam kejuaraan Pekan Paralympic (Peparprov) ke-IV Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), kontingen Kota Samarinda masih berada di puncak dan posisi kedua dibayang-bayangi Kota Balikpapan.
Klasemen sementara peroleh medali, Kota Samarinda dengan lima emas, dua perak dan dua perunggu, disusul Kota Balikpapan dengan dua emas, tiga perak dan dua perunggu.
Sementara posisi ketiga ditempati Kota Bontang dengan satu emas dan 2 perak.
Kemudian posisi keempat, ditempati Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dengan satu perak, disusul posisi lima yakni Kabupaten Berau dengan satu perunggu.
Memasuki hari kedua pelaksanaan kejuaraan catur, dipertandingkan sebanyak delapan kategori.
Masing-masing catur cepat perorangan tuna dasa putra, catur cepat perorangan tuna rungu wicara, catur cepat perorangan tuna netra B1 putra, catur cepat perorangan tuna netra B1 puteri, catur cepat perorangan tuna netra B2 putra, catur cepat perorangan tuna netra B2 puteri, catur cepat beregu tuna daksa dan catur cepat beregu tuna netra B1 putra.
Kemudian para juara kejuaraan catur langsung mengikuti seremonial pengalungan medali.
Medali diserahkan oleh Kepala Bidang (Kabid) Olahraga, Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Balikpapan M Norhan.
“Alhamdulillah pelaksanaan kejuaran cabor catur Peparprov IV Kaltim yang dilaksanakan di Hotel Benakutai sudah memasuk hari kedua dan berjalan lancar,” kata Norhan kepada wartawan, Jumat (17/11/2023).
Setelah ini katanya, kejuaran cabor catur akan kembali melombakan sejumlah nomor dengan kategori catur klasik dan lainnya.
Diakuinya, untuk perolehan sementara kontingen Kota Balikpapan hanya meraih dua emas.
Dengan kata lain, masih kalah dengan Kota Samarinda yang sudah mengantongi lima emas.
“Kami masih menaruh harapan besar, untuk kategori lainnya, Kota Balikpapan bisa mengumpulkan pundi-pundi emasnya,” ungkapnya.
Sementara itu, TD Kejuaraan Cabor Catur Perparprov IV Kaltim Nurdin Askali mengatakan, kejuaraan catur untuk para atlet paralympic ini memiliki aturan yang berbeda dengan kejuaran catur normal.
Disebutkannya, papan catur yang digunakan merupakan papan berlubang untuk menancapkan bidak caturnya.
“Diperbolehkan meraba catur, namun setelah catur dicabut maka wajib untuk melangkah, nah ini untuk catur tuna netra kategori B1 dan B2,” tegasnya.
Sedangkan untuk tuna rungu wicara, katanya, aturan yang digunakan sama dengan tuna daksa. Khusus untuk B1 penyandang disabilitas buta total beda dengan B2 dan B2 yang memiliki jarak pandang 2 meter. (*)
