
KOTAKU, BALIKPAPAN-Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan merespons temuan Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan (DP3) Balikpapan terkait bangkai kucing yang positif rabies.
Ketua Tim Kerja Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular DKK Balikpapan dr I Dewa Gede Dony Lesmana menjelaskan, virus rabies atau dalam dunia kedokteran disebut Lyssavirus, ditularkan kepada manusia melalui gigitan atau percikan air liur dari hewan penular rabies. Bisa anjing, kucing dan kera.
“Memang 98 persen ditularkan oleh anjing. Sisanya 2 persen dari hewan lain,” ujar dokter Dewa, sapaannya, dihubungi, Kamis (15/6/2023).
Dengan demikian, ia mengimbau masyarakat untuk memperhatikan hewan peliharaannya dan rutin melakukan vaksinasi rabies.
Karena prinsipnya rabies tidaklah seperti virus influenza yang penularannya lebih mudah.
“Jadi rabies hanya bisa ditularkan jika ada kasus gigitan yang berasal dari hewan yang memang tertular rabies,” katanya.
Dokter Dewa kemudian menjelaskan penanganan bila manusia digigit hewan tertular rabies. Pertama yang perlu dilakukan yakni segera cuci luka tersebut dengan sabun.
“Tidak perlu digosok kuat. Yang penting dibersihkan saja, digosok halus. Kalau digosok kuat justru virusnya semakin cepat menyebar,” urainya.
Ia mengatakan, Lyssavirus menyebar dan menyerang sistem saraf pusat di otak manusia. Sehingga ketika ada kasus gigitan maka harus segera dibersihkan lukanya.
Dicuci dengan sabun dan air mengalir lalu segera menuju Puskesmas untuk mendapat suntikan vaksinasi anti rabies.
“Kami punya lokasi rabies center. Pusat penanganan kasus gigitan rabies.
Ada di Puskesmas Klandasan Ilir, Puskesmas Mekar Sari, Puskesmas Sepinggan, Puskesmas Manggar Baru, Puskesmas Baru Ulu dan Puskesmas Karang Joang,” katanya.
Ia menyebut pelayanan rabies untuk semua Puskesmas berlangsung selama 24 jam, dengan penanganan kasus gigitan rabies secara komprehensif.
“Jadi mulai dari pembersihan luka, termasuk memberikan vaksinasi anti rabies kepada warga yang memang ada riwayat gigitan dari hewan penular rabies,” urainya.
Ia menerangkan dunia kesehatan tidak dapat memprediksi kecepatan penyebaran Lyssavirus mencapai sistem saraf pusat.
“Jadi kalau belum sampai otak dan belum muncul gejala masih bisa kami kejar. Makanya kejar-kejaran. Sering sekali saya mendapat laporan kasus sudah dua hari baru dilaporkan.
Saya bilang tidak apa-apa, langsung vaksin saja. Karena ini kejar-kejaran, virus duluan atau vaksin duluan. Makanya lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali,” katanya.
Adapun gejala rabies pada manusia membutuhkan diagnosis medis. Gejala umum yang diketahui antara lain demam, kehilangan selera makan, kelelahan.
Berpengaruh terhadap psikologis, misalnya berhalusinasi, ketakutan dan penurunan kesadaran.
Secara umum gejalanya juga dikenali dari kebingungan mental, kegelisahan, kejang, keluarnya air liur secara berlebihan, dan sejumlah gejala lainnya.
Menurutnya, bila ada satu kasus rabies saja. Maka Balikpapan akan segera melaporkan hal itu sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Ia mengatakan bahwa dulu pernah ada kasus rabies di Kota Balikpapan, medio 2000. Namun hingga sekarang, tidak pernah ada lagi kasus rabies terhadap manusia.
“Yang ada kasus gigitan hewan penular rabies kepada manusia. Jadi kasus-kasus gigitan cukup banyak di Balikpapan, jadi cukup serius.
Range-nya antara 200 sampai 300 kasus setiap tahun. Jadi ada orang yang digigit anjing, digigit kera dan sebagainya.
Tapi untuk kasus positif pada manusia, dalam 10 tahun terakhir ini belum ada,” pungkasnya. (*)
