
KOTAKU, BALIKPAPAN-Tantangan air layak konsumsi di Balikpapan masih menghadang, terutama saat musim kemarau panjang.
Ya, selama ini Perumda Tirta Manuntung Balikpapan (PTMB) selaku perusahaan air minum daerah, mengandalkan Waduk Manggar untuk tadah hujan yang digunakan sebagai air baku untuk diolah menjadi air konsumsi guna memenuhi kebutuhan warga Balikpapan.
Karena menggunakan sistem tadah hujan, maka, pasokan air dari sumber ini sering kali tidak mencukupi. Apalagi saat kemarau tiba.
Terkait itu, Ketua Komisi II DPRD Kota Balikpapan Fauzi Adi Firmansyah, menegaskan bahwa solusi terbaik dan paling realistis adalah memanfaatkan air Sungai Mahakam.
Alternatif lain seperti desalinasi air laut dan pemanfaatan air dari Kariangau Terminal (KKT) dianggap kurang efektif dan terlalu mahal untuk diterapkan dalam skala besar.
“Kami sudah mempertimbangkan berbagai opsi, termasuk air dari KKT (Kaltim Kariagau Terminal, Red) tapi kapasitasnya terbatas.
Sungai Mahakam punya potensi besar dan lebih masuk akal dengan estimasi investasi sekitar Rp800 miliar,” ujar Fauzi, dijumpai usai mengikuti Rapat Paripurna yang digelar di aula Gedung Parkir Klandasan, Senin (3/2/2025).
Rencana ini diharapkan bisa jadi solusi jangka panjang untuk mengatasi krisis air bersih di Balikpapan. Namun, Fauzi menegaskan bahwa proyek ini butuh kajian mendalam, baik dari sisi teknis, lingkungan, maupun pendanaan.
DPRD Balikpapan kini tengah berkoordinasi dengan DPRD Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dan gubernur terpilih untuk merancang langkah strategis merealisasikan proyek ini.
Salah satu strategi utama adalah membangun jalur pipanisasi yang menghubungkan Sungai Mahakam ke Balikpapan melalui jalur tol. Langkah ini diyakini akan membuat distribusi air lebih efisien dan berkelanjutan.
Tak hanya infrastruktur, Fauzi juga menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat untuk menghemat penggunaan air. Dengan kombinasi pembangunan dan kesadaran masyarakat, Balikpapan diharapkan bisa lepas dari ancaman krisis air bersih. (*)
