
KOTAKU, BALIKPAPAN-Di tengah pandemi covid-19 yang melandai setelah yang dua tahun meluluh lantakan penduduk, belakangan ini kembali muncul wabah baru yakni Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), namun wabah itu tak menyerang manusia melainkan hewan ternah yakni sapi.
Ya, penyakit ini datang dari virus yang menyerang kuku dan mulut hewan ternak. Untuk beberapa kasus, virus ini tidak membuat hewan ternak seketika mati. Namun, virus ini secara perlahan menggerogoti kuku dan mulut ternak sehingga membuat hewan tidak bisa makan dan berjalan.
Lantas, pemerintah pun memilih untuk lebih selektif saat mendatangkan hewan ternah jenis herbivora tersebut. Termasuk Pemerintah Kota Balikpapan. Apalagi Balikpapan kerap mengandalkan hewan ternak dari luar daerah. Seperti Pulau Jawa dan Sulawesi.
“Tapi sekarang di Jawa Timur dan Aceh di Lock Down,” ucap Kepala Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan (DP3) Heria Prisni usai mengikuti Coffee Morning di Balai Kota, Senin (23/5/2022).
Maka, satu-satunya pilihan untuk pasokan sapi ternak yakni dari Sulawesi. Tapi nantinya, setiap hewan ternak yang akan didatangkan akan menjalani karantina selama 14 hari. “Setelah dinyatakan sehat baru boleh masuk ke sini (Balikpapan, Red),” tambahnya.
Tak hanya sampai di situ, setibanya di Balikpapan, setiap sapi juga kembali menjalani karantina selama empat hari, sebelum dikirim ke pemotongan. Akibat prosedur itu, dia memprediksi harga sapi akan melonjak lantaran peternak dipaksa mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan karantina.
Lanjutnya dia mengatakan, stok sapi di Kota Balikpapan berkurang hingga menyentuh dua ribu ekor. “Di sini (Balikpapan, red) butuh 3.050 ekor untuk periode Iduladha, sementara jumlah yang tersedia 1.100 ekor. Jadi masih kurang 1950 ekor,” tutupnya. (*)
