“Okupansi berangsur naik mulai akhir Agustus 2020. Memasuki September 2020 barulah okupansi kembali meningkat sampai Desember kemarin, rata-rata 75-80 persen,” jelas pria yang akrab disapa Wiwid.
Ia pun memastikan, operasionalnya dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Pengecekan suhu tubuh, sarana cuci tangan di pintu masuk dan menyediakan di berbagai sudut hotel dan yang utama mewajibkan setiap tamu yang menginap menunjukkan surat keterangan hasil negatif uji antibodi. Mulai rapid test dan terbaru antigen berlaku sejak Januari 2021. Itu masih ditambah penggunaan sinar ultraviolet untuk peralatan yang akan digunakan tamu hotel sebagai upaya sterilisasi. Disusul berbagai upaya lainnya. Seluruhnya lagi-lagi menambah beban operasional. Dan lagi-lagi, bukan alasan demi mencegah penularan.
Wiwid menjelaskan, selama ini Grand Jatra Hotel kerap dipercaya pelaku perjalanan bisnis, pemerintahan dan perorangan dari berbagai kota seperti Jakarta, Surabaya tidak terkecuali sejumlah kota di Kaltim. Tak hanya menginap tapi juga untuk kegiatan pertemuan.
Sekalipun di tengah pandemi Covid-19 yang tak pasti ujungnya, Wiwid optimis bisnis hotel di Balikpapan tumbuh positif. Dengan catatan disertai protokol kesehatan yang ketat. Terbukti ujar dia kemudian, saat relaksasi sepanjang September-Desember 2020 lalu disertai dengan disiplin protokol kesehatan yang diterapkannya, tak sekalipun skema penurunan tarif kamar ditempuh untuk mengejar okupansi. Sebaliknya, protokol kesehatan yang ketat ala Grand Jatra Hotel justru memberi rasa aman bagi tamunya.
Namun dengan adanya kebijakan pembatasan aktivitas secara otomatis menahan laju pertumbuhan bisnis.
Karenanya pria kelahiran Bandung ini berharap, PPKM tidak berlanjut. “Yang bisa dilakukan sekarang hanya berhemat tapi itu juga tidak bisa bertahan lama kalau kondisi seperti ini terus berlangsung,” ulasnya. Apalagi ia mengaku, hotel tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Hanya saja, besaran gaji yang berkurang. “Baru September-Desember 2020 gaji karyawan dibayar full. Sejak beroperasi kembali Juni 2020 hanya 40 persen, kemudian Juli 60 persen dan Agustus 80 persen,” pungkasnya. (*)
