Metro

KWPLH di Ujung Tanduk, Bagaimana Nasib Maskot Kota Balikpapan?

Nunik saat memberikan cendera mata berupa foto beruang yang bernama Ana kepada Jufri Sakka setelah melakukan penandatanganan kerja sama jangka panjang (foto:kotaku.co.id/soleh)

KOTAKU, BALIKPAPAN-Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH) atau yang dikenal sebagai Pusat Beruang Madu, merupakan sebuah fasilitas wisata bertajuk edukasi yang terletak 23 Kilo Meter (Km) di sebelah utara Kota Balikpapan.

Berdiri sejak tahun 2004. Saat itu Pemerintah Kota Balikpapan telah berkolaborasi dengan lembaga donor swasta dan ahli margasatwa untuk membangun pusat pendidikan beruang madu. Sementara, bagian intinya merupakan sebuah enklosur alami seluas 1,3 hektare yang ditempati beruang madu yang sudah tidak dapat dilepas liarkan lagi ke alam.

Tak hanya beruang madu, KWPLH juga telah membangun fasilitas penyelamatan untuk kucing dan anjing yang berkeliaran dan ditelantarkan. Selain itu menghadirkan informasi mengenai perawatan hewan piaraan kepada masyarakat. Sebagai tambahan, selama bertahun-tahun, taman yang atraktif dan fasilitas untuk kegiatan luar ruangan juga ikut dikembangkan dan wisatawan yang datang terus meningkat sepanjang waktu.

Enklosur ini secara luas dikenali sebagai salah satu yang terbaik di Asia, dan meningkatkan jumlah wisatawan yakni 70 ribu orang tahun 2013 baik domestik dan mancanegara yang datang untuk melihat maskot Balikpapan di ruang lingkupnya yang alami.

Namun, 70 ribu wisatawan itu hanyalah menjadi sebuah kenangan manis bagi KWPLH. Pandemi yang melanda dunia sejak akhir Maret 2020 lalu merubah segalanya. Ketua Yayasan Pro Natuna yang juga menjadi pengelola KWPLH Nunik tak menampik hal tersebut.

“Pasti berubah karena selama pandemi ada pembatasan, mengingat jangan sampai ada kluster KWPLH, jadi kami ikuti anjuran pemerintah. Tapi ini berdampak juga mengingat pendanaan KWPLH ini dari donasi pengunjung,” bebernya kepada awak media, Kamis (3/6/2021) saat dijumpai di Four Point by Sheraton Hotel.

Tak tanggung-tanggung, penurunan itu bahkan mencapai lebih dari 50 persen. Dipaparkannya, sebelum memasuki pandemi jumlah pengunjung bisa mencapai 100 orang pe rhari. Namun saat memasuki pandemi, hanya sekitar 50 orang yang berkunjung per hari ke tempat edukasi wisata tersebut.

Padahal, KWPLH tak membebankan tarif tiket untuk masuk di kawasan tersebut. Meskipun begitu ia tetap menyediakan kotak donasi untuk pengunjung jika ingin memberikan sumbangan secara sukarela.

Pages: 1 2 3

To Top