
KOTAKU, BALIKPAPAN-Kota Minyak, julukan Kota Balikpapan, kembali menghadapi tantangan inflasi yang didorong oleh naiknya harga beberapa komoditas utama.
Berdasarkan rilis yang disampat Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Balikpapan, ikan layang dan kangkung masih menjadi penyumbang inflasi utama selama dua bulan terakhir. Masing-masing periode September dan Oktober.
Terkait itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan meyakinkan bahwa pasokan pangan, terutama ikan, tetap stabil dan terkendali.
Kepala Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DP3) Balikpapan Sri Wahjuningsih dijumpai dalam sebuah kesempatan, menyampaikan, bahwa meskipun harga ikan layang mengalami kenaikan, ketersediaan ikan secara keseluruhan masih aman.
“Masyarakat sudah memiliki banyak pilihan untuk kebutuhan konsumsi ikan,” jelasnya. Yuyun, sapaan akrab Sri Wahjuningsih menambahkan bahwa ketika harga ikan layang meningkat, warga tidak hanya mengandalkan satu jenis ikan.
Beragam jenis ikan, seperti lele, bandeng, dan nila, serta produk lainnya seperti tempe, tahu, telur, dan ayam, menjadi alternatif sumber protein yang terjangkau.
Untuk mendukung kebutuhan konsumsi masyarakat, sektor perikanan budidaya juga ikut berperan penting.
Dari tambak, air payau, hingga kolam ikan, berbagai upaya telah dilakukan untuk menjaga pasokan tetap stabil.
“Selain dari hasil tangkapan nelayan, kebutuhan ikan juga ditopang oleh perikanan budidaya, dan bila perlu, kami mendatangkan ikan dari luar daerah,” tambahnya.
Data DP3 menunjukkan bahwa produksi ikan laut terbesar berasal dari ikan layang, yang mencapai sekitar 50 ton per bulan, tertinggi dibandingkan jenis ikan lainnya.
Periode Oktober, kebutuhan konsumsi ikan di Balikpapan tercatat mencapai 838 ton per bulan. Produksi lokal mampu menyuplai 170 ton, sementara 350 ton berasal dari komoditas yang masuk melalui karantina, dan 320 ton dari estimasi komoditas yang tidak terdata.
Secara keseluruhan, ini bahkan menunjukkan surplus 2 ton, yang menunjukkan bahwa pasokan masih memadai.
Yuyun kembali menjelaskan bahwa masyarakat Balikpapan kini semakin bijak dalam berbelanja. Ketika harga naik, warga cenderung memilih jenis ikan lain atau sumber protein alternatif yang tersedia.
Dengan keterlibatan nelayan, pembudidaya, dan pengusaha, pemerintah berharap kebutuhan konsumsi ikan dan protein tetap terjaga di tengah inflasi yang terjadi.
Komitmen pemerintah untuk menjaga kestabilan pasokan dan memberikan alternatif konsumsi diharapkan dapat meringankan dampak inflasi dan menjaga kesejahteraan warga Balikpapan. (*)
