Metro

Murid Dimbau Tak Bawa Mainan Lato ke Sekolah

(illustrasi/net)

KOTAKU, BALIKPAPAN-“Tek-tek-tek-tek” suara itu terus terngiang hampir seluruh sudut kota. Suara itu berasal dari mainan dua bandul padat yang saling bertubrukan yang dikenal dengan nama lato-lato.

Sejatinya, lato-lato ini merupakan permainan era tahun 90-an alias zaman old yang saat ini kembali populer.

Psikologi Balikpapan Patria Rachmawati saat dihubungi media ini, Kamis (12/1/2022) mengatakan, kembali populernya mainan ini merupakan sebuah siklus.

“Ada saatnya bakal kembali menuju siklus lama, seperti permainan congklak pun bisa kembali populer,” tuturnya, Kamis (12/1/2022).

Permainan itupun membius semua kalangan di tengah berkembangnya era teknologi seperti saat ini. Baik orang dewasa bahkan hingga anak-anak bahkan

Ya, era teknologi ini, anak biasa dimanjakan dengan gaway, bahkan untuk bermain pun juga tak luput dengan gaway. Dengan adanya mainan tersebut, gaway itupun mulai ditinggalkan terlebih dengan beberapa perlombaan terkait permainan itu.

Hal itu menurut Patria tentunya memberikan dampak positif terhadap anak. “Ini merupakan cara untuk mengalihkan anak dari gaway, belakangan ini kan anak-anak lebih terpaku sama permainan e-sport,” sambungnya.

Dengan adanya mainan tradisional itu, anak dapat berinteraksi langsung dengan orang lain hingga mampu melatih kemampuan motorik anak.

“Menggerakan lato-lato gak cuman diarahkan begitu aja, bahkan beberapa kampus dari dosennya pun mengajar bisa saja menggunakan lato-lato,” jelasnya.

Namun, di sisi lain mainan ini juga bisa memberikan dampak negatif. Seperti memberikan suara berisik yang bisa saja mengganggu orang lain.

Terlebih bagi orang yang tidak suka dengan kebisingan dengan suara ritme yang tidak teratur jika dimainkan dengan cara yang tidak benar.

Selain itu, juga bisa menimbulkan cidera hingga kerusakan jika tidak dapat memainkannya dengan benar. Lantas bimbingan orang tua diperlukan untuk memainkannya.

“Ya kalau asal bermain bisa saja membentur benda sekitar yang bisa mengakibatkan kerusakan,” terangnya.

Meskipun begitu, tak jarang mainan itu turut dibawa ke sekolah dan dimainkan di kawasan sekolah, hingga akhirnya muncul imbauan tidak membawa mainan lato-lato ke sekolah.

Salah satunya seperti di SDN 003 Balikpapan Kota, Kepala Sekolah Puji Sadarani mengatakan telah mengeluarkan imbauan kepada murid maupun orang tua, agar tidak membawa lato-lato ke sekolah.

“Jadi sebelum viral itu saya sudah mengimbau kepada anak-anak tidak ada yang membawa lato-lato apalagi bermain,” ujarnya.

Menurutnya, lato-lato itu seru, akan tetapi tidak ada jaminan akan segi keamananya yang bisa saja menimbulkan cidera bagi penggunanya.

“Karena kalau anak-anak bermain pasti dekat dengan wajah atau badan. Karena kalau mainnya tidak benar itu bisa melukai tangan atau wajah. Tapi Alhamdulillah sampai saat ini tidak ada yang membawa lato-lato,” ungkapnya.

Terkait itu, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Balikpapan Purnomo saat dijumpai di Balai Kota Balikpapan mengatakan bahwa lato hanyalah mainan anak.

“Itukan permainan anak-anak, jadi sampai saat ini saya belum ada keluarkan perintah untuk melarang,” kata dia, Rabu (11/1/2022).

Meskipun begitu, dia mengimbau sekolah agar anak didik bisa menempatkan diri saat bermain lato.

“Tidak dalam kondisi sedang ada kegiatan belajar di kelas sendiri maupun di kelas lain.

Kalau mau main ya saat istirahat tapi tidak menggangu yang sedang belajar,” ujarnya.

Jika ada sekolah yang melarang berarti sekolah memiliki pertimbangan tersendiri. “Tapi secara umum belum ada larangan,” sambungnya.

Menurutnya, kalaupun ada anak-anak yang cidera akibat bermain lato itu sudah menjadi risiko.

“Dulu juga waktu kecil ada permainan seperti itu tapi ga dilarang,” tambahnya.

Bahkan dia mendengar ada komunitas yang mau mengadakan lomba lato. Hal itu dipandang positif.

“Ya bagus saja, itukan permainan anak-anak,” pungkasnya. (*)

To Top