Ekbis

OJK Kaltim Dorong Umat Melek Pasar Modal Syariah

Kepala OJK Kaltim Made Yoga Sudharma menandatangani dukungannya terhadap peningkatan literasi dan inklusi jasa keuangan sektor syariah. (kotaku.co.id/ryan)

KOTAKU, BALIKPAPAN-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kalimantan Timur (Kaltim) mendukung upaya peningkatan literasi produk atau layanan jasa keuangan, khususnya bagi umat muslim.

Kepala OJK Kaltim Made Yoga Sudharma mengatakan, hal ini untuk meningkatkan andil umat muslim, dalam menggunakan produk syariah dan berinvestasi sektor jasa keuangan syariah.

“Diharapkan mempercepat pemulihan ekonomi pasca pandemi,” ujar Made Yoga Sudharma, saat menghadiri Pencanangan Literasi dan Inklusi Pasar Modal Syariah, kepada seribu imam masjid dan guru madrasah seluruh Kota Balikpapan, di Hotel Pacific Balikpapan, Selasa (29/8/2023).

Kegiatan ini dihadiri Asisten I Pemkot Balikpapan Zulkifli, Kepala Unit Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Nur Rachma Handayani, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Balikpapan Johan Marpaung, Direktur PT CGS-CIMB Sekuritas Balikpapan Chan Chou Hing dan Head of Business PT Phintraco Sekuritas Ivan Candra.

Selain itu ada 1.000 imam masjid dan guru atau ustaz dan ustazah jenjang madrasah, yang dilibatkan dalam kegiatan tersebut.

Ia mengatakan, Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Indonesia 2022 mencatat, tingkat literasi keuangan nasional 49,68 persen dan tingkat inklusinya 85,10 persen.

Sedangkan khusus sektor pasar modal, tercatat tingkat literasi 4,11 persen dan tingkat inklusinya 5,19 persen, tahun yang sama.

Bila dibandingkan dengan SNLIK 2019, literasi keuangan sektor pasar modal sebesar 4,92 persen dan inklusi 1,55 persen.

“Ada peningkatan inklusi atau akses penggunaan produk instrumen pasar modal, rupanya tidak disertai dengan peningkatan pemahaman masyarakat,” urainya.

Ia menjelaskan, literasi keuangan merepresentasikan pengetahuan, keterampilan, keyakinan, yang mempengaruhi sikap dan perilaku keuangan seseorang untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, serta pengelolaan keuangan untuk mencapai kesejahteraan.

Sedangkan inklusi keuangan merepresentasikan ketersediaan akses bagi masyarakat untuk memanfaatkan produk atau layanan jasa keuangan dari lembaga keuangan formal, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan.

“Melihat data tersebut, maka menjadi potensi sekaligus tantangan bersama dalam peningkatan pemahaman dan kemudahan akses produk layanan jasa keuangan, khususnya sektor pasar modal,” tambahnya.

Mengacu SNLIK 2022, kata dia, juga menunjukkan tren positif untuk sektor jasa keuangan syariah.

Yakni tingkat literasi produk atau jasa keuangan syariah 9,14 persen tahun 2022 dari 8,93 persen tahun 2019.

Sama halnya dengan tingkat inklusi tahun 2022 sebesar 12,12 persen 9,10 persen tahun 2019.

Ia melanjutkan, sudah banyak yang menilai jasa keuangan syariah memiliki imunitas tinggi dan berperan penting dalam membangkitkan perekonomian nasional.

Apalagi industri keuangan syariah juga memiliki potensi yang begitu besar berkenaan dengan halal lifestyle.

“Indonesia memiliki halal lifestyle sebagai identitas diri masyarakat, besarnya lembaga-lembaga keuangan Syariah,” ucapnya.

Ia mengapresiasi BEI, Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) bersama stakeholder lainnya yang berkomitmen meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat di sektor pasar modal syariah.

Sementara itu, Johan Marpaung antusias dengan pencanangan literasi dan inklusi jasa keuangan sektor syariah.

“Jangankan 1.000 orang, sebaiknya lebih banyak lagi yang dilibatkan, agar umat muslim dapat memahami produk dan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhannya dan mempersiapkan diri secara finansial untuk masa depan,” imbuhnya.

Kegiatan ini juga dirangkai peresmian tiga Galeri Investasi Digital (GID) BEI, bekerja sama dengan Institut Teknologi Kalimantan (ITK) dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Madani Balikpapan. (*)

To Top