“Enggak tahu juga penyebabnya tiba-tiba (harga) tinggi. Awalnya stoknya juga banyak, sama seperti tanaman lain, sejak pandemi Covid-19, makin laris, stok habis terjual dengan cepat, begitu mau nambah stok lagi, sudah susah dan harganya juga sudah naik,” kenangnya.
Tak hanya tanaman, media tanam sebagai material pendukung seperti pot, tanah dan pupuk, harganya secara otomatis ikut melambung. “Bahkan untuk pot, ada model baru yang memang hadir sejak pandemi Covid-19. Dan langsung diminati, karena bentuknya unik, seperti sarang tawon, makanya disebut pot tawon,” imbuhnya.
Tren tingginya permintaan tanaman hias era pandemi Covid-19 juga dialami Wibi, pebisnis kaktus dan tanaman hias, masih di kawasan yang sama.
“Awal PSBB, wah sepi banget, masuk bulan kedua, agak stabil penjualan. Sebulan terakhir ini baru lumayan, mulai meningkat, penggemar tanaman di Balikpapan dan di Indonesia sepertinya semakin banyak,” jawabnya di sela aktivitasnya.
Akibatnya, apalagi kalau bukan naik harga. “(bahkan) Di seluruh Indonesia,” sebutnya. Pasalnya, ledakan permintaan tidak dibarengi dengan ketersedian pasokan. Tengok saja tingkat kenaikannya, mulai 20 persen, 50 persen, bahkan ada pula yang mencetak kenaikan harga di atas 100 persen. “Karena harga dari petani tanaman hias di daerah Jawa dan Jakarta juga sudah naik, mau enggak mau kami tetap beli untuk melengkapi jualan tanaman hias kami di sini,” ungkapnya.
Dikatakannya, Monstera Adansonii (janda bolong), Monstera Deliciosa, Aglonema Suksom, jenis Sansivieria atau llidah mertua, Begonia dan Calatea merupakan jenis tanaman yang banyak diserbu konsumennya. “Tanaman jenis Philodendron juga banyak diburu kolektor,” pungkasnya.
