Metro

Panggil Dewan Pengawas, Wali Kota Balikpapan akan Tindak Lanjuti Kabar Pengadaan Nano Bubble PDAM

H Rahmad Mas’ud

KOTAKU, BALIKPAPAN-Wali Kota Balikpapan H Rahmad Mas’ud akan menindaklanjuti kabar tentang pengadaan Nano Bubble oleh Perumda Tirta Manuntung (PDAM) yang dituding belum laik fungsi maupun harga pembelian yang dianggap tak sesuai.

“Saya pikir itu bisa dibuktikan kalau nggak terbukti ya jangan lah, artinya dipelajari. Kan ada dewan pengawas, nanti dicek dewan pengawas,” jelas Wali Kota Balikpapan H Rahmad Mas’ud saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (23/8/2021).

Rahmad menuturkan akan menggali informasi terlebih dahulu dengan memanggil direksi Perumda Tirta Manuntung untuk mengetahui kebenarannya.

“Saya (akan) dengarkan (laporan) dari dewan (pengawas). Kami perlu komunikasi, jangan sampai nanti akan menimbulkan permasalahan. Itu yang tidak kami inginkan,” ujarnya menenangkan.

Ia berharap hal yang dituduhkan tidak terjadi. Kalaupun terjadi maka akan dilanjutkan dengan tahap pemeriksaan oleh inspektorat atau dewan penasehat yang akan berujung audit.

“Saya tidak ada kepentingan. Saya hanya mengawal, kalau (strategi PDAM) benar kami jaga, kalau itu salah ya artinya ada sanksi tentunya akan kami perbaiki,” paparnya kemudian.

Rahmad menyampaikan hingga saat ini dugaan yang sedang mencuat masih dalam tahap pemanggilan dewan penasehat, untuk mengecek kebenaran kabar tersebut. “Kami harus transparan, ya harus menyampaikan apa adanya,” pungkasnya.

Seperti yang diwartakan sebelumnya, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Balikpapan Alwi Al Qadri mengaku menemukan kejanggalan di tubuh Perumda Tirta Manuntung Balikpapan. “Jadi ada penggunaan alat Nano Bubble di PDAM, alatnya sudah dibeli, katanya berfungsi menjernihkan air dan menghemat pemakaian bahan chemical yang selama ini digunakan untuk menjernihkan air,” ungkapnya ditemui dalam sebuah kesempatan, Senin (16/8/2021).

Pertama, ia menuding penggunaan alat tersebut dipaksakan. “Sepanjang yang saya tahu, Nano Bubble digunakan untuk pemulihan kualitas air yang kotor dan berbau. Contohnya sungai,” tuturnya memberi gambaran. Ada juga yang memanfaatkan alat tersebut untuk kebutuhan budidaya. “Jadi bukan untuk menjernihkan air yang dikonsumsi,” tudingnya.

Menurut dia, diperlukan kajian yang mendalam sebelum menjadikan Nano Bubble sebagai solusi. “Harus ada uji coba dulu, setelah dinyatakan laik, baru dianggarkan. Dan uji coba juga tidak bisa sebentar,” hardiknya.

Kedua, sebut Alwi kemudian, anggaran pengadaan Nano Bubble bernilai fantastis. “Informasi yang saya terima, anggaran per unit Rp3 miliar. Nah kabarnya, total alat ada tiga unit,” ulasnya.

Ia mendesak PDAM Balikpapan agar transparan. Mulai urgensi penggunaanya, kajian, efektivitas dan anggaran belanja Nano Bubble. (*)

To Top