
KOTAKU, BALIKPAPAN-Kesal karena sulitnya memperolah pasokan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar lantaran harus mengantre yang konon hingga tiga hari, pengusaha ekspedisi yang tergabung dalam Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia-Indonesian Logistics Forwarders Association (ALFI/ILFA) DPW Kaltim dan pengusaha truk angkutan barang yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) DPC Balikpapan mendesak pemerintah menerapkan sistem satu harga. “Kami mengharap kepada pemerintah, kalau ada harga subsidi jangan lagi ada harga non subsidi. Begitu juga sebaliknya, kalau menerapkan non subsidi jangan lagi ada harga subsidi,” tegas Ketua DPW ALFI/ILFA H Faisal Tola dijumpai di Sekretariat Bersama usai menggelar rapat bersama pengurus dan anggota, Kamis (19/9/2019).
Keputusan tersebut lanjut dia merupakan hasil kesepakatan bersama dengan seluruh anggota.

Bukan tanpa alasan, pola subsidi dan non subsidi rentan dengan penyelewengan.
Di sisi lain, penerapan dua harga membingungkan pengusaha dalam menerapkan tarif angkutan. “Kalau ada yang dapat subsidi sementara lainnya dapat non subsidi kami yang setengah mati,” keluhnya.
Lanjut dia menjelaskan, selain bertujuan untuk menyudahi antrean truk di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang telah menjadi tradisi di Kota Balikpapan, usulan tersebut juga bakal mengurangi beban pengeluaran anggaran pemerintah.
Jika kelak pemerintah memutuskan sistem satu harga solar berbasis non subsidi, pihaknya mengaku siap dengan kemungkinan harga yang lebih mahal dibanding subsidi. “Tidak apa-apa, asal satu harga tidak ada lagi subsidi,” sambungnya.
Setali tiga uang, Sekretaris Aptrindo DPC Balikpapan Risman Sirait mewakili Ketua Saifudin mengatakan usulan solar satu harga merupakan solusi di tengah sulitnya mendapatkan solar. “Kami sudah jenuh. Cari solar susah bahkan mengantre sampai tiga hari,” kesalnya dijumpai dalam kesempatan yang sama. Ia pun mengaku akan membawa usulan tersebut ke pengurus di tingkat pusat. (run)
