Hasil survei didasarkan tingkat pendapatan, preferensi merek, seberapa teratur konsumen memesan makanan secara online, dan beberapa faktor lainnya.
Hasilnya, lebih banyak orang memilih Go-Food yaitu sebesar 35 persen vs 20 persen untuk Grab. Sedangkan sebesar 43 persen responden menggunakan kedua aplikasi. ”Go-Food, menurut kami, memiliki pelanggan yang lebih setia, di mana tiga keuntungan teratas dari penggunaan aplikasi adalah ‘familiar dengan aplikasi’, ‘ketergantungan pada Go-Pay e-wallet’ dan ‘ramah pengguna,” ungkapnya.
Sementara Grab-Food dalam kondisi sebaliknya. Sebab, menurut hasil riset, sebesar 60 persen responden percaya diskon besar adalah keuntungan utama. ”Kami menemukan pelanggan Gojek lebih loyal, sedangkan Grab mengandalkan komersialitas. Kami juga menilai Grab lebih agresif dalam mengamankan penyewa (pelanggan). Secara keseluruhan, menurut kami persaingan yang sehat antara kedua raksasa ini akan berdampak positif bagi pasar Indonesia,” imbuhnya.
Dengan kekuatan brand yang dimiliki sebagai karya Indonesia, CLSA memperkirakan pangsa pasar Gojek akan terus naik mencapai 58 persen, sementara Grab hanya 42 persen. Angka pengguna aktif bulanan Gojek dalam perangkat android juga lebih tinggi dibandingkan Grab.
Berdasarkan survei, CLSA juga berpendapat bahwa pelanggan kini telah mengalihkan fokus kepada aspek seperti kenyamanan aplikasi ketimbang pengiriman yang lebih cepat atau tingkat pembatalan yang lebih rendah oleh pengemudi, seperti masa-masa awal. ”Ini telah menjadi standar umum untuk platform online,” tegas Jonathan.(*)
