Corak

Sigab Kaltim Dorong Pemahaman Gedsi, Ciptakan Lingkungan Ramah Difabel

Suasana pelatihan Gedsi di Kelurahan Manggar Baru Balikpapan Timur (kotaku.co.id/tjakra)

KOTAKU, BALIKPAPAN-Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (Sigab) Kalimantan Timur (Kaltim), menggelar pelatihan Gender Equality, Disability and Social Inclusion (Gedsi) untuk tokoh masyarkat.

Kegiatan digelar di aula kantor Kelurahan Manggar Baru, Balikpapan Timur, Kamis (26/6/2024).

Tampak puluhan peserta pelatihan yang merupakan para ketua RT, perwakilan kelurahan dan kecamatan, para kader Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK), pemuda Karang Taruna dan tokoh agama.

Project Officer Sigab Balikpapan Lily Handayani mengatakan, selama ini Sigab menjadi wadah para relawan yang memperjuangkan kepentingan difabel atau penyandang disabilitas, agar mendapat kesempatan yang sama.

“Jadi ada beberapa kegiatan, utamanya advokasi kami kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan, desa atau kelurahan dan tokoh masyarakat.

Intinya untuk memperjuangkan kepentingan difabel. Salah satunya melalui pelatihan Gedsi,” ujarnya, ditemui di sela-sela kegiatan, didampingi rekannya Okki Noviansyah.

Menurutnya, pelatihan ini akan memberikan gambaran bagi tokoh masyarakat mengenai sudut pandang difabel, sehingga dapat menciptakan lingkungan inklusi dan ramah difabel, khususnya yang ada di Kota Beriman.

“Tujuan utamanya menciptakan lingkungan inklusi, agar seluruh masyarakat bisa saling memahami dan saling membantu,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, Sigab telah membentuk program Pilot Project dalam menciptakan lingkungan inklusi untuk enam kelurahan yang ada di Kota Balikpapan.

Sigab turut berkontribusi dalam mengembangkan pelatihan yang diperuntukkan bagi difabel.

“Jadi sebelumnya kami berikan praktik pembekalan kewirausahaan difabel yang tidak bisa bekerja secara formal,” ungkapnya.

Sejauh ini, Sigab Balikpapan telah melaksanakan lima kali pelatihan.

“Nah yang sekarang adalah pemahaman Gedsi kepada tokoh masyarakat, supaya bisa diaplikasikan di lingkungannya masing-masing,” urainya.

Lily Handayani menambahkan, Sigab Balikpapan menargetkan pelatihan serupa untuk 350 peserta pelatihan Gedsi.

Terpisah, narasumber pelatihan Gedsi, yakni Hafniah dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kalimantan Timur (Kaltim) menyambut baik kegiatan ini.

“Pelatihan di Kota Balikpapan ini sebenarnya adalah pelatihan di kelurahan yang kelima. Antusiasme masyarakatnya sangat luar biasa,” ujarnya.

Menurutnya, yang penting dari pelatihan Gedsi yakni, adanya perubahan sikap dengan cara pandang.

“Mungkin nantinya, minimal akan berkurang stigma, perundungan, atau bahkan yang paling ekstrim, adanya pembiaran kaum difabel.

Karena kami juga tidak bisa meminta lebih banyak, karena tanggung jawab selain masyarakat adalah pemerintah dalam hal penyediaan sarana dan prasarana atau aksesbilitas untuk difabel,” ulasnya.

Seorang peserta pelatihan Gedsi, yakni Ketua RT 25 Manggar Baru Hermawan, menyambut baik kegiatan ini sebagai upaya mendorong pemberdayaan difabel sesuai dengan kemampuannya.

“Tetapi yang lebih adalah kesempatan yang bisa diberikan pemerintah, terutama untuk lapangan kerja (bagi difabel) harus diperbesar.

Karena saat ini, bukan hanya difabel bahkan untuk wanita, dalam hal penerimaan karyawan, entah swasta atau negeri, hanya dibatasi di bawah 50 persen,” katanya.

Ia berharap, ada langkah nyata dari pemerintah daerah agar persamaan gender dan perhatian lebih kepada difabel, bisa menjadi prioritas pembangunan di daerah. (*)

To Top