Ekbis

Agustus Deflasi 0,52 Persen Disumbang Koreksi Harga Tiket Pesawat

BI Ramal Kenaikan Harga Emas dan Kemarau Dorong Inflasi September

Kenaikan harga cabai sepanjang Agustus 2019 tak lantas memicu inflasi (run-kotaku)

KOTAKU, BALIKPAPAN-Kendati harga cabai naik sepanjang Agustus lalu bahkan emas turut mewarnai tren kenaikan harga tak lantas menyulut tingkat inflasi kota. Sebaliknya, justru deflasi 0,52 persen periode Agustus.

“Karena andilnya terhadap konsumsi lebih rendah. Di saat yang sama harga tiket pesawat udara semakin turun, termasuk turunnya harga daging ayam dan lainnya karena dalam suasana Iduladha yang membuat pasokan daging di masyarakat jadi banyak dan berdampak turunnya harga di pasar-pasar sehingga terjadi deflasi,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Achmad Zaini, Selasa (4/9/2019).

Berdasarkan kelompok, lanjut dia menerangkan, ada tiga pengeluaran rumah tangga yang memberi andil terhadap deflasi edisi Agustus. Masing-masing kelompok bahan makanan sebesar -0,90 persen, kelompok pengeluaran kesehatan sebesar -0,04 persen dan kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar -2,00 persen.

Deflasi periode Agustus kontan membentuk tingkat inflasi selama delapan bulan terakhir sebesar 1,78 persen dari ambang batas inflasi tahun 2019 yang ditarget sebesar 3,5 persen. “Agak lega rasanya, harga barang dan jasa di kota ini dapat dikendalikan. Pemerintah dan semua pihak sempat ketar-ketir karena total inflasi tahun 2019 hingga Juni mencapai 2,40 persen, mendekati ambang batas,” tuturnya berpendapat.

Namun deflasi yang terjadi dua bulan berturut-turut yakni Juli dan Agustus membentuk tingkat inflasi selama delapan bulan tahun 2019 menjadi lebih rendah.

Terpisah, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Balikpapan Bimo Epyanto mengatakan deflasi Agustus 2019 didorong koreksi harga kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan dengan andil deflasi sebesar -0,41 persen. “Masih berlanjutnya penurunan tarif angkutan udara saat low season seperti sekarang menjadi penyumbang utama. Di saat yang sama, kelompok bahan makanan juga memberikan andil deflasi sebesar -0,19 persen didorong oleh penurunan harga komoditas sayuran seperti kangkung, sawi hijau, tomat sayur dan bayam seiring dengan kecukupan pasokan di tengah kondisi cuaca yang mendukung,” jelasnya melalui siaran persnya. Di sisi lain, laju deflasi tertahan oleh kelompok makanan jadi, minuman dan rokok yang memberikan andil inflasi sebesar 0,04 persen didorong oleh kenaikan harga air kemasan. Selain itu, kenaikan harga emas perhiasan turut menyumbang inflasi dari kelompok sandang sebesar 0,02 persen. “Ke depan, terdapat beberapa faktor yang diperkirakan masih akan memberi tekanan inflasi,” imbuhnya.

Di antaranya musim kemarau di daerah pemasok dan berlanjutnya kenaikan harga emas.

Sebagai upaya pengendalian inflasi daerah dan memitigasi tekanan risiko inflasi, Tim Pengendalian Inflasi daerah (TPID) Kota Balikpapan telah melakukan kegiatan pengendalian harga seperti Training of Trainer kepada PKK Kota Balikpapan dalam program Gerakan Wanita Mandiri, Terampil, Berdaya (Matilda), kemudian melakukan pemantauan komoditas secara berkala melalui sistem Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), gerakan stabilisasi harga melalui program Rumah Pangan Kita (RPK) Bulog. “Bank Indonesia juga konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna memastikan inflasi tahun 2019 tetap rendah dan stabil dalam kisaran sasaran inflasi nasional sebesar 3,5 persen plus minus 1,” pungkasnya. (run)

Print Friendly, PDF & Email
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top