Nasional

Bambang Haryo: Selamatkan Maskapai, Perbanyak Terminal LCC dan Tekan Kurs Dolar AS

Bambang Haryo Soekartono

KOTAKU-Anggota Komisi V DPR RI periode tahun 2014-2019, Bambang Haryo Soekartono mendorong pemerintah agar lebih serius menyelamatkan maskapai penerbangan nasional.

Ia pun merekomendasikan pembangunan low cost terminal (LCT) di seluruh bandara khusus untuk melayani penerbangan low cost carrier (LCC).

“Pembangunan LCT dibarengi dengan biaya parkir, biaya navigasi dan biaya-biaya lainnya yang lebih murah, termasuk passenger seevice charge (PSC). LCT seperti itu sangat dibutuhkan dalam rangka menekan cost maskapai,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima kotaku.co.id, Rabu (2/10/2019).

Bambang memberi pandangan, di berbagai negara, termasuk di Eropa, LCT dibangun untuk mengakomodasi kebutuhan publik terhadap penerbangan LCC.

Selain LCT, penting bagi pemerintah menekan keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah pada level keekonomian khususnya bagi bisnis jasa angkutan udara. Salah satunya dengan memanfaatkan seluruh instrumen.

Maklum saja, komponen biaya operasional pesawat udara mayoritas menggunakan dolar AS.

“Dengan kurs Rp14 ribuan, beban biaya maskapai semakin berat. Saat kurs dolar AS semakin mahal maka semakin besar biaya maskapai,” ujarnya.

Di saat yang sama, pemerintah pun diharapkan tidak membuat regulasi yang berpotensi menambah beban maskapai penerbangan.

KINERJA RUNWAY

Masih berkaitan dengan penerbangan komersil, Bambang Haryo juga menyoroti kinerja AirNav, yang dinilainya masih minim. Menurut dia, produktivitasnya hanya sekitar 20-35 take off landing per jam. Padahal banyak bandara di negara lain yang sudah mencapai 75-100 take off landing per jam.

“Contohnya Bandara Heathrow di London, produktivitas per runway 100 take off landing per jam, sedangkan Bandara Soekarno-Hatta dengan tiga runway, target Kementerian Perhubungan hanya 118 take off landing per jam. Akhirnya, pesawat yang akan landing atau mendarat harus putar-putar, istilahnya holding, dan yang akan take off harus antre panjang,” cetusnya. Walhasil, lanjut dia menerangkan, konsumsi bahan bakar bertambah. “Waktu banyak hilang, airlane dan konsumen juga dirugikan,” pungkasnya. (run)

Print Friendly, PDF & Email
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top