




KOTAKU, BALIKPAPAN-Sebanyak 90 pekebun kelapa sawit swadaya Kabupaten Paser, mengikuti pelatihan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Perkebunan Kelapa Sawit (PKS).
Kegiatan ini diinisiasi Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Direktorat Jenderal Perkebunan, bekerja sama dengan IPB Training.

Mengulas teknis pemetaan lokasi perkebunan kelapa sawit Kalimantan Timur (Kaltim) tahun 2024, angkatan 1, 2 dan 3, yang dilaksanakan selama empat hari. Yakni 6-9 Agustus 2024, di Hotel Golden Tulip Balikpapan.
Hadir dalam kesempatan tersebut Direktur IPB Training Muhammad Sigit Susanto, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Paser Djoko Bawono, serta dibuka secara resmi oleh Kepala Divisi Program Pelayanan BPDPKS Arfie Thahar.
Kegiatan ini juga diikuti Kepala Pusat Pelatihan Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, mewakili Ketua Tim Bidang Kelembagaan dan Ketenagaan Pelatihan M Apuk Ismane dan Direktur Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan, mewakili Ketua Sekretariat Tim Pengembangan SDM PKS Eva Lizarmi.
Adapun pelatihan menghadirkan Tim Trainer IPB Training Baba Barus, La Ode Syamsul, Wahyu Iskandar Nina WD, Reni Kusumo Tejo dan Khursatul Munibah sebagai narasumber.
Tim BPDPKS antara lain, Rangga Rahmananda, Sulthan Muhammad Yusa, Lucky Bagus, Josef Tri Suryana.
Selain itu hadir pula perwakilan instansi lain yang akan menambah pengetahuan para pekebun kelapa sawit.
Muhammad Sigit Susanto mengatakan, pelatihan teknis pemetaan ini sudah dilakukan sejak dua tahun di Kaltim. Namun secara nasional, pelatihan serupa sudah dilaksanakan sejak empat tahun.
“Setiap tahun jumlah peserta pelatihan meningkat. Tahun ini, kami dipercaya untuk melatih 868 peserta seluruh Indonesia,” ujarnya, ditemui di sela-sela pelatihan.
Ia menjelaskan, pelatihan teknis pemetaan dilaksanakan dalam upaya mendukung peremajaan sawit varian atau sawit Replanting.
Dalam pelatihan ini ada beberapa metode pemetaan yang memanfaatkan teknologi terkini. Seperti penggunaan sistem pemosisi global atau GPS dan pesawat nirawak atau drone.
“Seberapa penting pemetaan, yakni supaya pekebun punya data lapangan. Sehingga dalam menentukan keputusan dan kebijakan itu tepat sasaran.
Contoh, pengumpulan data juga menjadi salah satu syarat untuk pengajuan program PSR (Peremajaan Sawit Rakyat, Red),” ungkapnya.
Terpisah, Djoko Bawono menyambut baik pelatihan ini dan berharap dapat membantu pekebun kelapa sawit Kabupaten Paser, dalam upaya meningkatkan pendataan dan pemetaan.
“Terus terang pendataan dan pemetaan, dulunya pengambilan titik koordinator hanya satu.
Tapi dalam perkembangannya terkait kegiatan Replanting dan sarana prasarana BPDPKS tidak bisa hanya satu titik, tapi harus poligon. Jadi bentuk kebun swadaya harus sudah bisa dipetakan secara keseluruhan,” urainya.
Lanjut dia menerangkan, di Kabupaten Paser terdapat 4.469 Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB). Dan, lokasi paling banyak terdapat di Kecamatan Long Ikis, Kuaro dan Paser Belengkong.
“Tujuan dan arah pelatihan ini untuk kegiatan Replanting melalui program PSR. Rencananya PSR itu dapat hibah dari BPDPKS, per hektare mendapat Rp30 juta.
Ada kemungkinan bisa naik. Surat Dirjen Perkebunan sudah disampaikan kepada kami terkait besarannya berapa yang harus dibiayai untuk kegiatan Replanting. Cuma kami masih menunggu informasi lebih lanjut,” ulasnya.
Dia mengatakan, sejauh ini sudah ada sekitar 7 ribu hektare yang dimanfaatkan untuk kegiatan Replanting di Kabupaten Paser.
Terbesar di Kaltim dan sampai saat ini belum ada yang menikmati program Replanting atau PSR, selain pekebun di Paser.
Sementara itu, Arfie Thahar mengatakan Kaltim salah satu provinsi yang memiliki perkebunan kelapa sawit cukup luas. Dan BPDPKS hadir melalui berbagai program untuk meningkatkan kesejahteraan pekebun kelapa sawit swadaya.
“Di Kaltim sudah ada bantuan dari program PSR, sarpras dan bantuan pengembangan SDM.
Di Kaltim juga kami sudah ada kerja sama dengan lembaga penelitian Institut Teknologi Kalimantan (ITK). Termasuk pendanaan risetnya,” ujar Arfie.
Dia menerangkan produksi kelapa sawit Indonesia kini mencapai sekitar 46 juta ton per tahun. Sementara itu produksi kelapa sawit swadaya menyumbang sekitar 3 ton Tandan Buah Segar (TBS) per hektare per tahun.
Menurutnya produktivitas yang dikelola swadaya oleh masyarakat masih bisa ditingkatkan dengan potensi 6-7 ton TBS per hektare per tahun.
“Masih bisa ditingkatkan lagi (produktivitasnya). Karena sekarang ada memoratorium, tidak ada perluasan perkebunan lagi.
Jadi caranya adalah intensifikasi melalui Replanting, mendukung sarana dan prasarana serta memberi pelatihan untuk meningkatkan SDM,” pungkasnya. (*)
